MENDIDIK SISWA

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK SISWA
MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI
Waktu: 1 jam 30 menit
A. PENGANTAR
Pendidikan yang bermutu mengembangkan
potensi diri setiap anak untuk menjadi
individu yang mandiri dan berguna
bagi masyarakat. Dalam Undang Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5
dinyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesempatan dalam pendidikan.
Ini berarti bahwa institusi pendidikan harus
memperhatikan hak setiap anak untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas
tanpa membedakan latar belakang
anak dari segi agama, ras, golongan,
kelas sosial, kemampuan akademik, jenis
kelamin dan sebagainya. Pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada
semua anak disebut sebagai pendidikan
inklusif. Pendidikan Inklusif (PI) merupakan
suatu proses pembelajaran yang merespons
beragam kebutuhan pendidikan
siswa melalui peningkatan partisipasi
dalam belajar, dan menghindari pengabaian
(eksklusi, exclusion) dari sistem
pendidikan. Salah satu isu dalam pemberian kesempatan pendidikan yang adil adalah
masalah pemberian kesempatan pada anak laki-laki dan perempuan.
Dalam masyarakat yang adil, anak perempuan maupun laki-laki memiliki hak yang
sama, namun kadang-kadang hak-hak anak perempuan akan pelayanan pendidikan
terabaikan. Padahal, pentingnya perempuan yang berpendidikan dalam pembangunan
masyarakat sudah terbukti. Perempuan yang berpendidikan lebih mampu membuat
keluarga mereka lebih sehat, memberikan pendidikan kepada anak, dan terbuka kemungkinan
baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Seringkali secara tidak sengaja, para guru membedakan siswa perempuan dan lakilaki
dalam proses pembelajaran karena menurut mereka para siswa perlu diperlakukan
secara khusus menurut peran yang didasarkan pada jenis kelamin. Padahal asumsi
tentang peran perempuan dan laki-laki yang dimiliki oleh guru bisa mengakibatkan keti-
Pembelajaran yang mengembangkan potensi siswa lakilaki
dan perempuan
170
Unit 9
Pembelajaran yang Mendidik Siswa Mengembangkan Potensi Diri
dakadilan dalam memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi siswa laki-laki dan
perempuan. Tentu saja penting menghargai perbedaan antara anak perempuan dan
laki-laki, asal pembedaan itu tidak mengakibatkan pembatasan terhadap kesempatan
anak perempuan maupun laki-laki dalam mengembangkan potensi mereka.
Dalam kegiatan ini para peserta akan berlatih mengembangkan kepekaan akan kemungkinan
adanya budaya dan kegiatan di sekolah/kelas yang mungkin merugikan
anak perempuan dan anak laki-laki.
B. TUJUAN
Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu:
1. memahami bahwa pendidikan yang bias gender dapat menumbuhkan pandangan
siswa tentang peran laki-laki dan perempuan yang tidak tepat dan dapat membatasi
pengembangan potensi diri mereka
2. mengidentifikasi budaya / kegiatan dalam pembelajaran di kelas / sekolah yang
bias gender
3. mengembangkan kepekaan tentang keadilan gender dalam proses belajar mengajar
di sekolah
4. merancang proses belajar mengajar yang memberikan peluang yang sama kepada
siswa laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan potensi diri
C. ALAT����������� DAN BAHAN
1. Tayangan
2. Lembar Kerja: Format 9.1
3. B ahan bacaan
B. LANGKAH KEGIATAN
5’ 10’ 20’
Pengantar I Permainan Pengantar II
1 2 3
5’ 20’ 30’
Penutup Kunjung Karya Kerja Kelompok
6 5 4
171
Unit 9
Pembelajaran yang Mendidik Siswa Mengembangkan Potensi Diri
1. Pengantar ( 5 menit)
Fasilitator memberikan informasi singkat tentang topik dan tujuan kegiatan. Kemudian
fasilitator menjelaskan bahwa peserta akan melakukan suatu permainan.
2. Permainan ( 10 menit )
a. Fasilitator menginformasikan bahwa tujuan kegiatan permainan adalah untuk
mensimulasikan bahwa peluang mendapatkan kesempatan adalah adil, tidak
berpihak, dan tidak berdasarkan jenis kelamin. Fasilitator membagi peserta
dalam beberapa kelompok, tiap kelompok sebaiknya terdiri atas 7 anggota atau
disesuaikan dengan jumlah peserta yang ada, dan sebaiknya terdiri atas lakilaki
dan perempuan.
b. Setelah para peserta paham aturan permainan (pada tayangan), fasilitator memberi
perintah untuk mulai. Setelah 10 menit, permainan tersebut dihentikan, dan
fasilitator bertanya.”Bagaimana Anda mendapatkan kesempatan untuk membuat
garis?” Peserta diarahkan untuk menjawab bahwa kesempatan tersebut
diperoleh melalui undian, bukan karena jenis kelamin dan bahwa dihasilkannya
suatu gambar adalah karena kontribusi dari setiap anggota.
3. Pengantar II: Pendalaman tentang konsep keadilan gender ( 20 menit)
a. Fasilitator memberikan sejumlah pertanyaan untuk meningkatkan pemahaman
peserta, seperti: apakah jenis kelamin, apakah gender, dan apa perbedaan
jenis kelamin dan gender? Fasilitator menampung jawaban peserta terlebih
dahulu, baru kemudian ditayangkan transparansi tentang konsep gender dan
isu-isu tentang gender.
b. Pada saat fasilitator menayangkan gambar laki-laki memasak dan perempuan
yang menjadi operator mesin sebagai contoh profesi yang lintas gender, fasilitator
menanyakan komentar singkat pada/tiga peserta(laki-laki dan perempuan)
tentang gambar tersebut. Komentar difokuskan pada kemungkinan resistensi
masyarakat berkenaan dengan gender ketika kedua orang pada tayangan
tersebut memilih sekolah sesuai bakat yang dimilikinya (Laki-laki memilih SMK
Tata Boga dan Perempuan SMK Mesin).
4. K erja Kelompok (30 menit)
Peserta berdiskusi mengidentifikasi budaya sekolah/kelas dan praktik-praktik pembelajaran
di dalam kelas yang mungkin bisa merugikan siswa perempuan atau lakilaki.
Tayangkan format yang terdiri atas empat kolom: kasus, siapa yang dirugikan,
bagaimana dia dirugikan, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh guru (Format
9.1, pada bagian F) sebagai format untuk menuliskan hasil diskusi. Hasil diskusi
ditulis di kertas plano dan kemudian dipajangkan. Contoh pengisian Format 9.1
seperti pada bagian E dapat diberikan kepada peserta sebagai bahan bacaan di
akhir sesi.
172
Unit 9
Pembelajaran yang Mendidik Siswa Mengembangkan Potensi Diri
5. B elanja Ide / Kunjung Karya (20 menit)
Peserta saling berkunjung ke kelompok lain untuk memperluas wawasan.
6. Penutup (5 menit)
Fasilitator memanggil beberapa peserta (laki dan perempuan) untuk menyampaikan
kesimpulan mereka setelah melihat hasil diskusi semua kelompok. Beberapa
pertanyaan yang bisa ditanyakan adalah Siapakah yang ternyata paling banyak
dirugikan? Sikap dan kesadaran apa yang sebaiknya dimiliki guru? Biasanya
kesimpulannya adalah bahwa anak perempuan lebih sering dirugikan. Dengan kesimpulan
ini maka para guru diharapkan lebih sensitif dalam hal gender sehingga
bisa menciptakan pembelajaran yang lebih adil baik bagi siswa perempuan maupun
laki-laki. Kemudian fasilitator menayangkan slide Penutup.
Maaf, halaman yang Anda cari di blog ini tidak ada.
Maaf, halaman yang Anda cari di blog ini tidak ada.
Powered By Blogger